CARA MEREDAM AMARAH DARI IMAM AL GHAZALI

 CARA MEREDAM AMARAH DARI IMAM AL GHAZALI


Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh


Apa kabar teman teman sekalian ,Semoga kita selalu dirahmati Alloh dan terus mendapatkan lindungannya


Kali ini, kita membahas suatu keadaan atau kondisi yang sudah tidak asing dan sangat sering dialami oleh manusia pada umumnya, Kondisi ini disebut dengan Marah.


Marah adalah emosi yang dirasakan ketika  seseorang menghadapi sesuatu tidak menyenangkan atau terjadi hal yang tidak sesuai dengan keinginan. Marah bisa dirasakan siapa saja dan merupakan reaksi normal seseorang terhadap suatu kejadian.


Namun, jika emosi ini tidak dikendalikan, ini bisa menjadi masalah antara Anda dengan orang-orang di sekitar Anda. Selain itu emosi satu ini juga bisa berdampak buruk setelahnya.


Karena itu , Islam sangat melarang seseorang untuk Marah ,

Sebagaimana ucapan dari Al imam Jakfar bin Muhammad : Marah adalah sumber dari segala keburukan.


 Bahkan juga terdapat pada Hadits Yang sudah Familiar kita dengar, yakni,


 Bahwa pernah seseorang laki laki meminta wasiat kepada Rosululloh , 

Kemudian Rosululloh berpesan : 

Janganlah engakau Marah!  

dan beliau mengulangi ucapannya  berkali kali: 


janganlah engkau marah !





Rosululloh pun tidak pernah marah jika hanya masalah pribadinya yang dihina  beliau sangat mudah memaafkan, kecuali dalam Hal yang berkaitan agama maka Rosululloh marah karena Agama.


Dikutip dari Hujjatul Islam ,Yakni Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali atau yg dikenal sebagai imam Ghazali , Seorang  imam besar dalam bidang ilmu tasawuf.


Imam Ghazali menjelaskan bahwa ada dua cara untuk meredam amarah,


Yang pertama dengan Ilmu dan yang kedua dengan Amal atau sikap


Dari sisi ilmu Imam Ghazali menjelaskan ada beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan ,


Pertama, berpikir tentang ayat atau hadits Nabi tentang keutamaan menahan amarah, memaafkan, bersikap ramah dan menahan diri, sehingga dirinya terdorong untuk menggapai pahalanya, dan mencegah dirinya untuk membalas, serta dapat memadamkan amarahnya.”


Kedua, memperingatkan diri dengan siksa Alloh, bila ia tetap meluapkan amarahnya. Apakah ia aman dari murka Alloh di hari kiamat? Padahal ia sangat membutuhkan pengampunan.”


Ketiga, memperingatkan dirinya tentang akibat dari permusuhan dan pembalasan, . Takut-takutilah diri sendiri dengan dampak (buruk) amarah di dunia, bila ia belum bisa takut dari siksaan di akhirat kelak.”


Keempat, berpikir bagaimana buruknya muka ketika marah. Bayangkan bagaimana raut muka orang lain saat marah, berpikirlah tentang buruknya marah di dalam dirinya, berpikirlah bahwa saat marah ia seperti anjing yang membahayakan dan binatang buas yang mengancam, berpikirlah untuk menyerupai orang ramah yang dapat menahan amarah layaknya para nabi, wali, ulama dan orang orang bijak. Berilah pilihan untuk dirimu, apakah lebih memilih serupa dengan anjing, binatang buas dan manusia-manusia hina, ataukah memilih untuk menyerupai ulama dan para nabi di dalam kebiasaan mereka? 


Kelima, berpikir tentang sebab yang mendorongnya untuk membalas sesuatu dan berfikir juga hal yang mencegahnya dari menahan amarah.


Ketika ia menahan amarah, maka seyogyanya menahan amarah karena Allah. Yang demikian itu bisa membuatnya agung di sisi Allah.


Sedangkan dari sisi amal cara menahan amarah adalah dengan berdzikir membaca ta’awwudz, kemudian berusaha menenangkan diri.


 Carilah posisi yang lebih rileks. Bila dalam keadaan berdiri, maka bisa berganti posisi dengan duduk. Jika dalam keadaan duduk, bisa berganti posisi dengan tidur miring. Dianjurkan pula berwudhu dengan air dingin.


Dan motifasi paling besar, yang mendorong untuk marah menurut mayoritas orang yang kurang berfikir adalah apa yang mereka sebut kemarahan sebagai keberanian dan kemuliaan diri, sehingga dianggap baik dan dicondongi oleh nafsu.


 Ini adalah suatu kebodohan, bahkan penyakit hati dan kurangnya akal. Orang semacam  ini bisa diobati dengan cara dibacakan kepadanya cerita-cerita orang yang ramah dan pemaaf, dan hal-hal yang dianggap baik dari mereka berupa menahan amarah, sesungguhnya hal tersebut dikutip dari para Nabi dan Ulama.


Demikian penjelasan mengenai tips menahan amarah yang dijelaskan oleh Imam al-Ghazali. Semoga kita bisa menghindari amarah dan bisa mengikuti kesabaran para Nabi dan Orang-orang Soleh 

 


Wassalamu'alaikum warohmatullahi wa barokotuh





Komentar