Assalamualaikum
Kali ini kita akan menyimak kisah tentang keteguhan seorang wanita mulia yang menjaga Iman di dalam hatinya, namanya adalah Masyitoh.
ia hidup di zaman Nabi Musa, saat Firaun berkuasa, ia bekerja di dalam istana sebagai pengasuh bagi putri Firaun.
Putri Firaun Memiliki sisir yang terbilang istimewa karena terbuat dari emas bahkan tempat penyimpanan sisir tersebut juga terbuat dari emas.
Suatu saat kita masyitoh sedang menyisiri dengan lembut rambut Putri Firaun, tanpa sengaja terjatuhlah sisir dari tangannya. dengan spontan ia berkata celakalah orang yang tidak beriman kepada Allah.
Mendengar ucapan masyitoh , putri Firaun pun sontak bertanya,
Apa yang kamu katakan tadi,
“Siapakah Allah?” Tanya sang Putri.
Siti Masyitoh menjawab dengan tegas bahwa Allah adalah Tuhannya.
Allah adalah Tuhan yang telah menciptakan seluruh alam dan oleh karenanya ia disembah tidak untuk disekutukan.
Mendengar Jawaban Masyitoh, Sang Putri pun marah dan segera melapor kejadian yang dialaminya itu kepada ayahnya yakni Firaun, yang pada saat itu menjadi penguasa di mesir Dan bahkan mengaku sebagai Tuhan.
Datanglah putri firaun, mengadu dan menceritakan apa yang ia dengar dari Masyitoh.
Firaun yang baru mendengar kisah sang putri, ia langsung murka, Firaun memanggil Masyitoh untuk dimintai keterangan, ia ingin mendengarkan langsung dari telinganya apakah semua yang diceritakan putrinya itu benar.
Firaun berkata, Wahai masyitoh, apakah benar engkau memiliki Tuhan selain aku?
Akhirnya masyitoh menjawab,
Benar , aku beriman kepada Tuhannya Nabi Musa , Tuhan yang berhak disembah.
Siti Masyitoh menjawab dengan penuh keyakinan, ia tidak gentar sama sekali meskipun ia bisa membayangkan siksaan pedih yang bisa ditimbulkan Firaun terhadapnya karena bisa saja Firaun menganggap pernyataannya sebagai suatu bentuk pelecehan.
Benar saja, mendengar jawaban Siti Masyitoh, Firaun pun bertambah murka, Ia segera memerintahkan algojonya untuk mengikat tangan ,kaki Masyitoh, dan membawa semua anak Masyitoh yang masih kecil.
Siti Masyitoh diseret bersama anak-anaknya di hadapan khalayak yang sudah berkerumun. Di hadapannya telah dinyalakan api unggun, dipanaskan sebuah kuali besar dengan minyak mendidih.
Firaun berkata, wahai masyitoh jika kau mau beriman kepada ku , aku lepaskan kamu dan anak anak mu. Tapi jika tidak, kamu akan kubunuh beserta anak anakmu di kuali besar yang mendidih.
Masyitoh menjawab, Aku tidak akan menukar imanku dengan apapun.
Firaun semakin murka sejadi jadinya mndengar jawaban tersebut.
Akhirnya, Firaun memerintahkan algojonya untuk mendorong seorang anaknya ke dalam kuali sehingga syahid dalam keridhaan Allah Sehabis itu, Firaun memaksa lagi, namun Ia tetap bertahan sehingga seorang anak laki-lakinya dilempar ke dalam kuali mendidih itu, dan sekarang yang tersisa hanyalah ia dan seorang anak paling kecil yang berada di gendongannya.
Firaun masih saja menekan dengan paksa yang serupa. Dan pada saat itu Masyitoh telah mencapai puncak kesedihan karena menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri kematian anak-anaknya. Masyitoh kemudian pasrah kepada Allah, dan tiba-tiba, Allah memberi semangat kepadanya. Anak yang masih sangat mungil itu tiba-tiba berbicara. Kalimat pertama yang terucap dari lisan sang anak sungguh menakjubkan, ”Bersabarlah Bunda, melompatlah, yang kita tuju adalah surga.”
Akhirnya Masyitoh dengan mantap masuk ke dalam kuali itu bersama anaknya. Syahidlah mereka bersama anak-anaknya. Mereka telah dijamin menjadi penghuni surga. Bahkan dalam peristiwa Isra dan Mi'raj, Rosulullah sudah mencium aroma wangi di surga yang menyembur, sebagai penghormatan pada Masyitoh yang telah dengan teguhi mempertahankan imannya.
Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, bahwa Rosulullah saat mikraj mencium aroma harum. Karena penasaran, beliau bertanya kepada Malaikat Jibril, “Bau Harum apakah ini wahai Jibril?”
Jibril menjawab, “ Itu adalah wangi dari kuburan seorang perempuan Solehah yang bernama Siti Masyitoh dan anak-anaknya. Kisah perempuan yang memegang teguh kebenaran dan iman kepada Allah .
Selain itu, Hazaqil yang merupakan suami dari Masyitoh kala itu juga beriman kepada Nabi Musa Beliau adalah pembuat peti yang digunakan sebagai wadah Musa balita untuk dihanyutkan ke sungai. Saat terjadi perdebatan dengan Firaun, keimanannya pun terungkap, ia dengan tegas mempertahankan imannya hanya kepada Allah . dan Nabi-Nya. Akhirnya ia dijatuhi hukuman mati dengan cara mengenaskan. Tangannya diikat di pohon kurma sembari dihujani panah.
Demikianlah kisah Masyitoh yang sangat kuat mempertahankan imannya.
Dari kisah ini dapat kita petik pelajaran bahwa, masihkah kita bersedih atau patah hati hanya karena merasakan sesuatu hidup yang kurang menyenangkan? Manakah yang paling merisaukan hati kita, kehilangan kenikmatan hidup di dunia ataukah terperosok ke jurang kenistaan? Sungguh kita tidak perlu bersedih untuk berbagai urusan sepele. Sepanjang Kita Masih bisa mempertahankan diri dalam kebenaran, semestinya kita harus selalu bersyukur dan bersabar.
Kisah ini menjelaskan bahwa Pangkat seseorang selama hidup di dunia ini tidaklah menentukan kualitasnya di sisi Allah ,Seorang yang dipandang hina oleh kebanyakan orang tidak lantas dipandang hina pula di sisi Allah. Begitupun orang yang dilihat mulia tidak lantas mulia pula di sisi Allah, karena Allah mengetahui apa yang tidak kita ketahui.
Iman kepada Allah merupakan karunia terindah. Seharusnya kita bersyukur masih diberi kebebasan untuk beriman kepada Allah tanpa ada tekanan atau diskriminasi dari pihak manapun. Bayangkan saja apabila kita hidup di zaman Firaun. Mereka rela menukar nyawa demi iman, mereka juga rela menukar nyawa keluarganya demi iman kepada Allah.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini, dan senantiasa beriman dengan teguh kepada Allah,amin amin amin.
Komentar
Posting Komentar